Buat Kamu Yang Suka Fear of Missing Out (FOMO)
- Muhammad An nur Al Fiqri
- Mar 5
- 3 min read
Updated: Mar 6

Pasti kalian sering dengar istilah FOMO, bukan? Kalau saya sih, biasanya melihat istilah ini ketika sedang bermain media sosial atau teman saya terkadang berbicara kepada saya, "Eh, gue mau plis, FOMO".
Nah, jadi FOMO itu sebenarnya apa sih? Kenapa akhir-akhir ini banyak anak muda yang mengaitkan FOMO dengan sesuatu yang lain? Dan sebenarnya FOMO itu kebiasaan yang bagus nggak sih buat mental dan raga? Oke, kita bahas satu-satu!
Fear of Missing Out (FOMO) adalah fenomena psikologis yang ditandai dengan kecemasan bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman atau sesuatu yang tidak dimiliki oleh seseorang, atau mungkin bahasa mudahnya adalah takut ketinggalan tren. Perasaan ini biasanya dimulai oleh media sosial di mana seseorang secara konstan terpapar dengan aktivitas orang lain. Contohnya, ketika beberapa bulan yang lalu terjadi lonjakan permintaan boneka Labubu yang sedang viral sehingga menyebabkan antrean panjang di beberapa tempat.

For your information, fenomena FOMO ternyata sudah pernah diteliti pada tahun 2016 oleh kumpulan peneliti neurobiologi dari University of Electronic Science and Technology of China. Penelitian mereka menunjukkan bahwa FOMO berkorelasi dengan berkurangnya ketebalan kortikal di precuneus, sebuah wilayah yang terlibat dalam proses kognitif sosial dan referensi diri. Selain itu, FOMO juga berkaitan dengan peningkatan aktivitas di girus temporal tengah kanan selama isyarat mengenai penyertaan sosial, yang mengindikasikan sensitivitas yang tinggi terhadap keadaan sosial.

Erm, Emang kenapa kalau ketebalan kortikal berkurang di precuneus?
Oke, bagi yang belum mengetahui apa itu ketebalan kortikal, ketebalan kortikal adalah ketebalan tulang kortikal atau tulang kompak yang membentuk tulang. Tulang ini berfungsi untuk menopang tubuh, melindungi organ, dan menyimpan kalsium.
Nah, ketika ketebalan kortikal pada precuneus berkurang secara berkelanjutan, ini bisa berdampak pada defisiensi kognitif, terutama dalam memori, perhatian, dan pemrosesan visuospasial (memahami dan menafsirkan informasi visual), di berbagai kondisi. Hal ini juga memengaruhi konektivitas fungsional, yang berkontribusi pada gangguan kognitif dan gangguan terkait suasana hati yang lebih luas. Bisa dibilang, kondisi otak akan berakhir seperti seseorang yang terkena penyakit skizofrenia, stroke, dan depresi.
That's why, jangan sering-sering FOMO walaupun tidak akan memiliki dampak sebesar itu, tetap saja kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan otak dan mental kamu.
FOMO adalah budaya belanja berlebihan.
Dalam sisi ekonomi pun, FOMO bisa jatuh ke hal membuang-buang duit kepada sesuatu yang sebenarnya gak penting banget dalam hidup kamu. Masih mending kalau kita FOMO kepada hal yang bermanfaat, seperti buku dan semisalnya.
Dalam perspektif Islam, kita diajarkan untuk selalu merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. Rasa qana’ah membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam kompetisi duniawi yang tidak ada batasnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha: 131), dan juga menjaga hati agar tidak terlalu terpaut pada kesenangan dunia.
Yah, intinya, FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan yang sering dialami generasi muda. Dari sisi medis dan neurosains, FOMO bisa memicu stres, kecemasan, bahkan ketergantungan pada dopamin. Namun, Islam mengajarkan kita untuk bersyukur dan fokus pada diri sendiri, bukan terus membandingkan hidup dengan orang lain. Biar gak FOMO terus, coba deh lebih sering bersyukur dan fokus sama goal kamu sendiri. Well, you know, hidup ini bukan tentang mengikuti orang lain, tapi tentang bagaimana kamu bisa nemuin kebahagiaan versi kamu sendiri.
Sumber:
Lan Wang et al. "Fear of missing out (FOMO) associates with reduced cortical thickness in core regions of the posterior default mode network and higher levels of problematic smartphone and social media use." bioRxiv (2022). https://doi.org/10.1101/2022.10.24.513508.
Lai, C., Altavilla, D., Ronconi, A., & Aceto, P. (2016). Fear of missing out (FOMO) is associated with activation of the right middle temporal gyrus during inclusion social cue. Comput. Hum. Behav., 61, 516-521. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03.072.
Milyavskaya, M., Saffran, M., Hope, N. et al. Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO. Motiv Emot 42, 725–737 (2018). https://doi.org/10.1007/s11031-018-9683-5
https://www.dompetdhuafa.org/fomo-dalam-islam/
Muhammad An nur Al Fiqri | Maret 5, 2025
Oof
yang baca fomo.....
Akut tidak akan fomo